Kuliah Tasawuf: Tasawuf Sebagai tazkiyah al-nafs (Penjernihan Jiwa)
Elsatekno.com-Kuliah Tasawuf: Tasawuf Sebagai tazkiyah al-nafs (Penjernihan Jiwa)-Tasawuf merupakan dimensi
terdalam Islam yang menekankan pengolahan rasa dan jiwa agar sampai pada
kedekatan dengan Allah.
Tasawuf merupakan salah satu
bidang kajian studi Islam yang
memusatkan perhatiannya pada upaya pembersihan aspek batiniah manusia yang dapat menghidupkan
kegairahan akhlak yang mulia.
Tasawuf berkembang menjadi
gerakan personal yang timbul dari kesadaran hati itu sendiri yang sangat alamiah dan itulah sebenarnya intisari
dari ajaran sufisme. Jadi sebagai ilmu sejak awal tasawuf memang tidak bisa dilepaskan dari tazkiyah al-nafs (penjernihan jiwa).
Perkembangan tasawuf dalam lintas
sejarah tidak hanya berkutat pada ajaran dan bersifat personal, namun dapat
menyentuh aspek-aspek dalam tatanan kehidupan masyarakat tertentu.
Bahasa tasawuf hampir selalu
bersifat simbolis sehingga ajaran-ajarannya dapat dimaknai secara beragam dan
dengan demikian ia dapat diartikan sesuai dengan konteks-konteks yang berbeda.
Uraian yang kita dengar dan pelajari tentang tasawuf di masa sekarang adalah
apa yang diajarkan oleh para sufi di masa lalu.
Memulai dengan istilah tasawuf,
secara bahasa berasal dari Bahasa Arab, shāff
yang berarti barisan dan shāfa yang
berarti bersih.
Menurut Al-Ghazali tasawuf
dideskripsikan sebagai jalan menuju Allah sejak permulaan dalam bentuk latihan
jiwa, lalu menempuh fase-fase pencapaian rohaniah dalam tingkatan serta keadaan
menurut jalan tersebut, yang akhirnya sampai pada fanā, tauhid, ma’rifat dan kebahagiaan.
Jalan menuju Allah yang demikian
harus didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah ditambah dengan Ahlussunnah wal Jamaah.
Dengan hati yang jernih, menurut
perspektif sufistik seseorang dipercaya
akan dapat mengikhlaskan amal peribadatannya dan memelihara
perilaku hidupnya karena
mampu merasakan kedekatan
dengan Allah yang
senantiasa mengawasi setiap
langkah perbuatannya.
Jadi pada
intinya, pengertian tasawuf
merujuk pada dua hal: (1) penyucian jiwa (tazkiyatun-nafs) dan (2)
pendekatan diri (muraqabah) kepada
Allah.
Upaya inilah
yang kemudian diteorisasikan dalam
tahapan-tahapan pengendalian diri
dan disiplin-disiplin tertentu dari satu tahap ke tahap berikutnya sehingga sampai pada suatu
tingkatan (maqam) spiritualitas yang
diistilahkan oleh kalangan sufi sebagai syuhud
(persaksian), wajd
(perjumpaan), atau fana‘
(peniadaan diri).
Sumber:
Abdul Kadir Riyadi, Antropologi Tasawuf, (LP3ES: Jakarta,
2014).
Abu al-Wafa’ al-Ghanimi
al-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman,
(Bandung: Pustaka, 1985),